Sabtu, 02 Mei 2020

Humor Yang Paling Lucu Sedunia

Pengumuman Kelulusan SMK Kristen Niki-Niki 2019/2020


Pengumuman Kelulusan SMK Swasta Kristen Niki-Niki Tahun Pelajran 2019/2020

SMK Swasta Kristen Niki-Niki tahun ini kembali dengan menghasilkan output sebanyak 119 orang dari 3 Program Keahlian yakni
1.  Program Keahlian Akuntansi
2.  Program Keahlian Pemasaran
3.  Program Keahlian Teknologi Komputer dan Jaringan (TKJ)

Untuk Program Keahlian Akuntansi sendiri tahun ini terdiri dari 2 (dua) Rombel yaitu
1.  Kelas XII Akuntansi 1 sebanyak 29 orang siswa
2.  Kelas XII Akuntansi 2 sebanyak 31 orang Siswa
Sedangkan untuk Program Keahlian Pemasaran cuma 1 (satu) Rombel dengan jumlah siswa sebanyak 30 orang, Kemudian untuk Program Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan (TKJ) sendiri dihuni oleh 29 orang siswa, sehingga untuk ketiga Program Keahlian ini memiliki jumlah siswa sebanyak 119 orang.

Dari 119 orang siswa yang mengikuti UNBK (Ujian Nasional Berbasis Komputer) tahun ini yang telah mengikuti tahapan ujian yang diselenggarakan sebelum keluarnya instruksi Gubernur NTT untuk semua aktivitas dilakukan dari rumah, mereka sudah mengikuti semua tahapan ujian dan nilai hasil ujian secara nasional sudah ada.

Untuk pelaksanaan ujian kali ini tidak berhasil dilaksanakan oleh SD, SMP dan SMA kecuali SMK sudah selesai melaksanakan UNBK.

Untuk SMK Swasta Kristen Niki-Niki, Peserta UNBK dan UNBS, dari 119 orang perserta semua dinyatakan BERHASIL atau LULUS SEMUA dengan Prosentase 100 %.

Selamat kepada ke 119 siswa SMK Swasta Kristen Niki_Niki yang telah dinyatakan BERHASIL.

Segala informasi berkaitan dengan SHUN, Ijazah, dan informasi lain dapat diperoleh melalui laman ini dan juga akan disampaikan melalui media-media online yang lain.

Selasa, 26 November 2019

Tarian Bonet







TARIAN BONET


Dalam masyarakat komunal, kesenian menduduki tempat dan memiliki peranan penting sebab kesenian merupakan ekspresi estetis dari individu manusia maupun kelompok atau komunitasnya dalam menuangkan rasa, penghayatan dan pengetahuan dalam bentuk seni rupa, seni gerak ataupun seni sastra. Pada masyarakat Suku Dawan di Nusa Tenggara Timur, Tari Bonet menjadi salah satu tarian yang selalu hadir dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat komunal yang berkaitan dengan adat istiadat dan tradisi Suku Dawan.
Tari Bonet dikenal dengan cirinya yang khas yaitu bentuk formasinya yang melingkar dan juga penggunaan puisi atau pantun dalam liriknya yang mengandung kekayaan khasanah sastra lisan Suku Dawan. Tidak hanya itu, tarian ini begitu populer karena nyaris ada dalam setiap kegiatan maupun peristiwa adat masyarakat Dawan. Baik itu yang menyangkut upacara siklus hidup seperti upacara kelahiran, pernikahan dan kematian serta upacara lainnya seperti upacara pembangunan rumah, permohonan hujan dan lain sebagainya.
Bonet sendiri secara etimologis berasal dari rangkaian kata dalam bahasa Dawan yaitu Na Bonet yang artinya mengepung, mengurung, mengelilingi atau melingkari. Bahasa ini dipakai oleh masyarakat di sebagai wilayah Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan sebagian Belu. Bonet sendiri berasal dari kata kerja bo en yang berarti mengelilingi, membagi. Kata itu bersinonim dengan kata nfun atau nafun. Misalnya asu nboen metan (anjing mengelilingi musang), tok tol bonet (duduk dalam bentuk lingkaran). Bonet dalam hal ini dimaksudkan sebagai membungkus atau dibungkus. Dalam konteks Tari Bonet bisa diartikan menari dengan posisi membentuk lingkaran.
Keberadaan Tari Bonet sendiri diyakini telah ada pada fase kehidupan berburu yang dilakukan oleh masyarakat Dawan. Tarian ini dilakukan sebagai bentuk suka cita karena telah memperoleh binatang buruan untuk keberlangsungan hidup mereka. Dimana sebelum binatang buruan dimasak dan dinikmati bersama-sama ada sebuah upacara penyucian roh binatang buruan dan juga ritual persembahan kepada Dewa sebelum makanan itu disantap bersama-sama.
Pada zaman prasejarah, manusia hidup tergantung pada hasil alam dan perburuan. Demikian pula pada masyarakat Timor, kehidupan suku bangsa Timor pada zaman dahulu kala bersifat nomaden yang berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya secara komunal demi mempertahankan hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan bahan makanan dari hutan. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwasanya istilah Bonet diambil dari rangkaian kata Na Bonet yang artinya mengepung, mengurung, mengelilingi atau melingkari. Saat melakukan perburuan, orang-orang Timor pada jaman dahulu melakukan taktik pengepungan terhadap obyek perburuan atau binatang buruan dimana mereka berkumpul untuk mengepung dengan cara mengelilingi binatang buruan. Mereka lalu bersorak sorai secara bersama-sama sebagai penghalau binatang hutan untuk keluar dari lingkaran. Mereka menggunakan api untuk membakar semak belukar dan hutan. Ketika api merambat membakar padang rumput, semak belukar dan hutan mereka akan menari-nari mengitari hutan sambil bersorak dan bersiul sembari berjaga-jaga apabila ada binatang yang ingin menghindarkan diri dari serangan api agar mereka dapat membunuhnya.
Usai para lelaki berhasil memperoleh binatang buruan, mereka kembali ke tempat pemukiman dengan sorak sorai. Sorak sorai tersebut akan terdengar oleh kaum perempuan yang tinggal di pemukiman. Para perempuan akan keluar menjemput para pemburu dan memukul bunyi-bunyian sambil menari bersama-sama. Anggota kelompok masyarakat atau komunitas akan saling bergandengan tangan dan menari berputar-putar laksana suatu lingkaran yang mengelilingi pusatnya. Di tengah lingkaran terdapat api unggun sebagai lambang atau simbol penolong masyarakat Suku Dawan. Sambil mengitari api unggun, para pemburu mendendangkan syair atau pantun yang menuturkan tentang peristiwa perburuan yang telah mereka lakukan, syair ini akan diikuti oleh para penari yang lain.
Adanya api unggun di tengah lingkaran Bonet, sampai saat ini masih dapat dijumpai yang mana merupakan warisan kebiasaan dari zaman dahulu. Dimana para pemburu menggunakan api sebagai penolong dalam perburuan. Api juga memiliki keterkaitan sebagai lambang dari Dewa Matahari yang merupakan sumber energi dan penerang di dalam kehidupan manusia. (WN)

TARIAN BONET


TARIAN BONET


Dalam masyarakat komunal, kesenian menduduki tempat dan memiliki peranan penting sebab kesenian merupakan ekspresi estetis dari individu manusia maupun kelompok atau komunitasnya dalam menuangkan rasa, penghayatan dan pengetahuan dalam bentuk seni rupa, seni gerak ataupun seni sastra. Pada masyarakat Suku Dawan di Nusa Tenggara Timur, Tari Bonet menjadi salah satu tarian yang selalu hadir dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat komunal yang berkaitan dengan adat istiadat dan tradisi Suku Dawan.
Tari Bonet dikenal dengan cirinya yang khas yaitu bentuk formasinya yang melingkar dan juga penggunaan puisi atau pantun dalam liriknya yang mengandung kekayaan khasanah sastra lisan Suku Dawan. Tidak hanya itu, tarian ini begitu populer karena nyaris ada dalam setiap kegiatan maupun peristiwa adat masyarakat Dawan. Baik itu yang menyangkut upacara siklus hidup seperti upacara kelahiran, pernikahan dan kematian serta upacara lainnya seperti upacara pembangunan rumah, permohonan hujan dan lain sebagainya.
Bonet sendiri secara etimologis berasal dari rangkaian kata dalam bahasa Dawan yaitu Na Bonet yang artinya mengepung, mengurung, mengelilingi atau melingkari. Bahasa ini dipakai oleh masyarakat di sebagai wilayah Kabupaten Kupang, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan sebagian Belu. Bonet sendiri berasal dari kata kerja bo en yang berarti mengelilingi, membagi. Kata itu bersinonim dengan kata nfun atau nafun. Misalnya asu nboen metan (anjing mengelilingi musang), tok tol bonet (duduk dalam bentuk lingkaran). Bonet dalam hal ini dimaksudkan sebagai membungkus atau dibungkus. Dalam konteks Tari Bonet bisa diartikan menari dengan posisi membentuk lingkaran.
Keberadaan Tari Bonet sendiri diyakini telah ada pada fase kehidupan berburu yang dilakukan oleh masyarakat Dawan. Tarian ini dilakukan sebagai bentuk suka cita karena telah memperoleh binatang buruan untuk keberlangsungan hidup mereka. Dimana sebelum binatang buruan dimasak dan dinikmati bersama-sama ada sebuah upacara penyucian roh binatang buruan dan juga ritual persembahan kepada Dewa sebelum makanan itu disantap bersama-sama.
Pada zaman prasejarah, manusia hidup tergantung pada hasil alam dan perburuan. Demikian pula pada masyarakat Timor, kehidupan suku bangsa Timor pada zaman dahulu kala bersifat nomaden yang berpindah dari suatu tempat ke tempat lainnya secara komunal demi mempertahankan hidup dengan cara berburu dan mengumpulkan bahan makanan dari hutan. Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwasanya istilah Bonet diambil dari rangkaian kata Na Bonet yang artinya mengepung, mengurung, mengelilingi atau melingkari. Saat melakukan perburuan, orang-orang Timor pada jaman dahulu melakukan taktik pengepungan terhadap obyek perburuan atau binatang buruan dimana mereka berkumpul untuk mengepung dengan cara mengelilingi binatang buruan. Mereka lalu bersorak sorai secara bersama-sama sebagai penghalau binatang hutan untuk keluar dari lingkaran. Mereka menggunakan api untuk membakar semak belukar dan hutan. Ketika api merambat membakar padang rumput, semak belukar dan hutan mereka akan menari-nari mengitari hutan sambil bersorak dan bersiul sembari berjaga-jaga apabila ada binatang yang ingin menghindarkan diri dari serangan api agar mereka dapat membunuhnya.
Usai para lelaki berhasil memperoleh binatang buruan, mereka kembali ke tempat pemukiman dengan sorak sorai. Sorak sorai tersebut akan terdengar oleh kaum perempuan yang tinggal di pemukiman. Para perempuan akan keluar menjemput para pemburu dan memukul bunyi-bunyian sambil menari bersama-sama. Anggota kelompok masyarakat atau komunitas akan saling bergandengan tangan dan menari berputar-putar laksana suatu lingkaran yang mengelilingi pusatnya. Di tengah lingkaran terdapat api unggun sebagai lambang atau simbol penolong masyarakat Suku Dawan. Sambil mengitari api unggun, para pemburu mendendangkan syair atau pantun yang menuturkan tentang peristiwa perburuan yang telah mereka lakukan, syair ini akan diikuti oleh para penari yang lain.
Adanya api unggun di tengah lingkaran Bonet, sampai saat ini masih dapat dijumpai yang mana merupakan warisan kebiasaan dari zaman dahulu. Dimana para pemburu menggunakan api sebagai penolong dalam perburuan. Api juga memiliki keterkaitan sebagai lambang dari Dewa Matahari yang merupakan sumber energi dan penerang di dalam kehidupan manusia. (WN)

Makan secara adat





Acara festifal budaya yang didalamnya dilengkapi dengan acara makan secara adat, juga di meriahkan oleh berbagai kegiatan lain untuk menambah semarak acara tersebut.

Acara makan secara adat itu sendiri merupakan budaya masyarakat Kabupaten Timor Tengah Selatan yang secara turun temurun dan merupakan warisan budaya lokal.

Dalam acara tersebut, biasanya di lakukan pada saat panen raya atau acara hajatan lain.

Acara makan secara adat itu hampir tidak di jumpai lagi di masyarakat Kabupaten Timor Tengah Selatan karena pengaruh budaya luar sehingga masyarakat lebih memilih budaya luar.

Hal inilah yg menjadi inspirasi tersendiri bagi Pdt. Sepri Adonis, S. Th untuk mencoba menerapkan kembali apa yang hampir hilang, melalui kegiatan festifal budaya dalam kegiatan gerejawi, agar masyarakat mampu mengingat kembali budayanya sendiri.

Kiranya momen ini menjadi inspirasi tersendiri bagi masyarakat di daerah lain untuk terus memupuk dan mengembangkan budaya yang hampir punah ini.

Tarian Oko' mama (Tarian Khas Masyarakat Kab. TTS



Tarian Oko'mama merupakan salah satu tarian khas masyarakat Kabupaten Timor Tengah Selatan, Propinsi Nusa Tenggara Timur. Tarian ini biasanya dilakukan untuk menyambut tamu atau pembesar yang berkunjung ke suatu tempat dui Kabupaten Timor Tengah Selatan. Tarian ini kembali di perkenalkan oleh siswa-siswi SMK Kristen Niki-Niki, Kecamatan Amanuban Tengah pada Hari Ulang Tahun PGRI dan Hari Guru Nasional pada tanggal 25 Nopember 2019.

Humor Yang Paling Lucu Sedunia